Minggu, 31 Agustus 2008

PASRAMAN WIDYA SHANTA DHARMA


A. LATAR BELAKANG
Keberadaan agama – agama yang ada di dunia ini pada umumnya didasarkan pada Pewahyuan Tuhan Yang Maha Esa yang diterima oleh para pendirinya. Agama – agama itu diwahyukan dengan tujuan untuk mempermulia kehidupan manusia secara lahir dan bathin di dunia dan akhirat. Sebutan atau nama suatu agama biasanya memiliki suatu hubungan yang erat sekali dengan para pendirinya. Sebagai contoh Agama Budha memiliki hubungan yang sangat erat dengan Sidharta Gautama sebagai pendirinya, Agama Kristen memiliki keterkaitan dengan Yesus Kristus sebagai pendirinya. Berbeda dengan agama – agama tersebut, Agama Hindu tidak memiliki keterkaitan dengan seorang Maharsi penerima wahyu sebagai pendirinya, karena dalam Agama Hindu Wahyu Tuhan Yang Maha Esa itu diterima oleh banyak Maharsi. Para tokoh menyatakan bahwa sebutan Hindu itu berasal dari kata “Shindu”, yaitu nama sebuah sungai di wilayah India bagian Barat Daya yang sekarang dikenal dengan nama ‘Punjab” ( artinya daerah lima aliran sungai ).
Diperkirakan tahun + 6000 SM datanglah Bangsa Arya dari daratan Eropa bagian Timur ( kemungkinan dari wilayah Hungaria dan Bchomia atau Cekoslowakia ) memasuki daerah India secara bertahap dalam beberapa periode. Bangsa Arya memasuki India melalui celah Kaiber ( Khyber Pass ) yang terdapat diantara pegunungan Himalaya dan Hindu Kush. Bangsa Arya termasuk ras Bangsa Indojerman yang memiliki kegemaran mengembara. Setelah memasuki wilayah India, mereka kemudian menetap di lembah sungai Shindu yang kondisi alamnya sangat menarik dan subur. Sebelum masuknya Bangsa Arya ke India, India telah didiami oleh Bangsa Dravida yang telah memiliki peradaban tinggi. Para ahli berhasil menemukan bekas – bekas peradaban Bangsa Dravida di Kota Harappa dan Mohenjo – Daro. Peradaban / peninggalan yang ditemukan tersebut berkaitan dengan kepercayaan Agama Hindu sampai sekarang, seperti :
- Arca Siwanataraja, yaitu Siwa sebagai raja dari alam semesta.
- Materai yang berisi lukisan Burung Garuda bersama Para Naga yang terdapat dalam Kitab Itihasa.
- Materai yang berisi hiasan orang duduk bersila, bermuka tiga, bertanduk dua, hiasan kepalanya meruncing ke atas, dan dikelilingi oleh beberapa binatang, seperti gajah, lembu, harimau, dan badak. Diperkirakan konsep ini memberikan inspirasi pemujaan kepada Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati.
- Dan sebagainya.

Kedatangan Bangsa Arya ke Punjab menimbulkan peperangan dengan penduduk asli India, yaitu Bangsa Dravida. Bangsa Dravida berhasil dikalahkan dan terdesak ke selatan. Semula Bangsa Arya mempertahankan kemurnian darah mereka, tetapi kemudian secara perlahan mulai terjadi percampuran darah dan kebudayaan dengan Bangsa Dravida. Percampuran darah dan kebudayaan ini menghasilkan kebudayaan baru di lembah Sungai Shindu. Pada masa itu, telah terjalin hubungan dagang dengan Bangsa Yunani dan Persia. Bangsa Persia yang datang ke lembah Sungai Shindu, menyebut kata “Shindu” dengan kata “Hindu”, rupanya Bangsa Persia itu tidak memiliki lafal “S” dalam bahasa mereka, sedangkan Bangsa Yunani menyebut “Shindu” dengan sebutan “Indo”. Adanya pembauran budaya dan kepercayaan antara Bangsa Arya dan Bangsa Dravida dalam perkembangannya kemudian, rupanya mengalami kemajuan yang amat pesat sampai pada munculnya Agama Hindu di lembah Sungai Shindu. Semua bentuk budaya dan kepercayaan yang ada pada masa itu, dirangkul dan mengalami penyempurnaan dalam Agama Hindu. Hal ini dimungkinkan karena Agama Hindu bersifat “universal”dan “feksibel”.
Di Bali Agama Hindu yang penganutnya sekitar 80% dalam pelaksanaannya juga selalu berhubungan dan berkaitan dengan budaya yang berkembang di Bali. Hal ini juga yang menyebabkan pelaksanaan keagamaan di Bali tidak terlepas dari “Tri Hita Karana”. Bagi Umat Hindu di Bali, kehidupan beragama sangat penting dan merupakan suatu keharusan, karena tujuan Agama Hindu adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat ( Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma ). Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya rambu – rambu atau aturan – aturan, sehingga tidak terjadi benturan – benturan antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, peranan agama sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Secara umum dapat dikatakan peranan / fungsi Agama Hindu dalam kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Agama memberikan pengetahuan tentang tujuan dan cara hidup, sehingga manusia tahu untuk apa sebenarnya dia hidup dan apa yang seharusnya dia lakukan.
2. Agama memberikan motivasi untuk berbuat baik. Agama tidak cukup hanya diketahui, namun hendaknya diamalkan dalam kehidupan sehari – hari.
3. Agama sebagai obat. Kenyataan manusia yang paling intelek dan rasional pun pada suatu saat ingin lari dari kenyataan lahiriah, ingin melupakan kemelut duniawi, maka dari itu agama dijadikan alat peredam gejolak bathin seseorang yang dirundung duka.
4. Agama memberikan ketenteraman hati, membebaskan orang dari kecurigaan dan ketakutan yang berlarut – larut. Dengan percaya Tuhan yang menentukan hidup dan mati ini, maka seorang Pemeluk Agama menjadi berani dan tegar.
Dari kumpulan beberapa individu yang memahami tujuan Agama Hindu dan pentingnya peranan / fungsi Agama Hindu itu, kemudian memdirikan “Pasraman Widya Shanta Dharma”. Di samping itu, Pasraman ini berdiri karena permasalahn umat yang sangat kompleks. Permasalahan – permasalahan tersebut secara logika dan penalaran pikiran manusia tidak dapat diselesaikan, maka mereka mencari jalan pemecahannya adalah dengan mendatangi “Sang Sulinggih”. Sang Sulinggih memberikan pencerahan berdasarkan Sastra – sastra Hindu, sehingga terdapatlah kedamaian dari umat yang sebelumnya mengalami kedukaan tersebut. Apalagi di jaman sekarang ini merupakan “Jaman Kaliyuga”, untuk menghadapi jaman tersebut, maka kita hendaknya membentengi diri dengan Ajaran – ajaran Agama Hindu secara baik dan benar. Pasraman Widya Shanta Dharma itu sendiri mempunyai arti sebagai berikut :
Widya……………………………….Jalan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Shanta ( Shanti )…………………….Kedamaian.
Dharma……………………………..Ajaran – ajaran Dharma ( Agama Hindu ).
Pasraman itu sendiri merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat ; Kepengurusan, Peraturan Pasraman, Syarat Anggota, Sanksi, Program Kerja, Kegiatan yang sudah terlaksana, Tempat Pertemuan / Dharmatula, dan sebagainya yang terkait.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari Pasraman Widya Shanta Dharma adalah :
1. Untuk dapat mengamalkan Ajaran – ajaran Agama Hindu secara benar.
2. Untuk membentengi diri dari pengaruh Jaman Kaliyuga.
3. Untuk mendapatkan tujuan dari Agama Hindu ( Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma ).
4. Untuk menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan diantara Umat Beragama.
5. Sebagai tempat untuk pendidikan Budi Pekerti / Etika dan pengembangan Budaya Hindu Bali.
6. Sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas diri dan pengendalian diri.
C. MANFAAT
Adapun manfaat dari Pasraman Widya Shanta Dharma adalah :
1. Sebagai tempat umat menyampaikan permasalahan dalam diri / keluarga dan masyarakat dalam hal Agama Hindu.
2. Dapat menjalin rasa senasib sepenanggungan ( Tat Wam Asi ).
3. Dapat menyalurkan kemampuan yang dimiliki dalam hal Agama Hindu dan Budaya Hindu, seperti : mawirama, membuat banten, berbicara dalam Bahasa Bali Alus, dan sebagainya.
4. Dapat menyadari diri sebagai manusia, bahwa sangat beradab dan sangat mempunyai arti.
5. Dapat menyadari bahwa hanya perbuatan baiklah yang dapat mengantarkan kita pada kebahagiaan lahir dan bathin.
D. VISI DAN MISI
VISI : Menjadikan Pasraman Widya Shanta Dharma sebagai wadah untuk mengembangkan Agama Hindu dan Budaya Hindu agar tercapai kedamaian, kebahagiaan, dan kesucian lahir dan bathin.
MISI : Melaksanakan Agama Hindu dan Budaya Hindu sebagai pedoman dalam berfikir, berkata, dan berbuat.
E. KEPENGURUSAN
Pasraman Widya Shanta Dharma adalah merupakan suatu organisasi “Sosial Keagamaan”, di mana susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut :
1. Penanggung - Jawab / Mahaguru : Ida Pandita Empu Nabe Parama Yogi Swara ( Griya Gede Manik Mas Grokgak Gede – Tabanan ).
2. Ketua : Agus Muriawan .P. SST. Par ( Wongaya Gede – Tabanan ).
3. Sekretaris : I Putu Darmayasa ( Pandak Gede – Tabanan ).
4. Bendahara : I Putu Suyasa, A. MdP ( Sesandan – Tabanan ).
5. Dibantu oleh koordinator / sentral.
F. PERATURAN PASRAMAN
Peraturan ini harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh individu yang menjadi anggota pasraman. Adapun peraturan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Percaya dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
2. Memahami dan melaksanakan Ajaran Weda ( Dharma ) dari Sang Mahaguru.
3. Berpedoman pada Awakta Warah Rumuhun.
4. Tidak mempunyai pikiran Aku di Aku / Egoisme.
5. Bukan perkumpulan politik / di luar politik.
6. Tidak melaksanakan “Panca Ma” :
- Mamunyah
- Mamotoh
- Mamadat
- Mamadon
- Mamaling.
7. Tidak menyakiti orang lain / hormat – menghormati.
8. Menjaga nama baik pasraman.
9. Selalu membela kebenaran.
10. Mengutamakan sikap kekeluargaan dalam setiap hal ( Tat Wam Asi ).
11. Mentaati semua peraturan pemerintah.
12. Mentaati peraturan yang sudah diatur dalam pasraman.
G. SYARAT ANGGOTA DAN SANKSI
Pasraman Widya Shanta Dharma adalah merupakan pasraman yang bersifat sosial keagamaan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Siapapun boleh menjadi anggota pasraman, tetapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat menjadi anggota pasraman. Syarat tersebut adalah :
1. Sehat jasmani dan rohani.
2. Beragama Hindu / meyakini Agama Hindu.
3. Mau mentaati Peraturan Pasraman.
4. Lulus seleksi.
Jika syarat tersebut belum dipenuhi atau sudah menjadi anggota pasraman tetapi tidak mentaati peraturan pasraman, maka akan dikenakan “sanksi tegas” terhadap yang bersangkutan dari pasraman. Sanksinya adalah “keanggotaannya dicabut dari pasraman atau dikeluarkan dari pasraman”.
H. HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Anggota yang tergabung dalam Pasraman Widya Shanta Dharma mempunyai hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut diharapkan dilaksanakan secara selaras, serasi, dan seimbang. Adapun hak dan kewajiban tersebut, antara lain :
HAK ANGGOTA
1. Berhak mendapatkan ilmu / kediatmikan dari Sang Mahaguru.
2. Berhak mendapatkan pengayoman dari Sang Mahaguru.
3. Berhak mengikuti segala kegiatan yang berhubungan dengan pasraman.
4. Berhak untuk mengungkapkan segala permasalahan yang dihadapi.
5. Berhak untuk mendapatkan fasilitas / sarana penunjang pelajaran, seperti : buku – buku / sastra – sastra dan sebagainya.
6. Berhak mendapatkan perhatian dari seluruh anggota pasraman dalam hal suka – duka.
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Wajib mengamalkan dan melaksanakan Ajaran Dharma.
2. Wajib melaksanakan titah / perintah dari Sang Mahaguru.
3. Wajib mentaati segala peraturan yang ada pada pasraman.
4. Wajib membayar iuran yang telah disepakati.
I. PROGRAM KERJA
Program kerja dilaksanakan pada Pasraman Widya Shanta Dharma dibagi menjadi 3 ( tiga ) tahap pelaksanaan, yaitu :
1. Program Jangka Pendek.
2. Program Jangka Menengah.
3. Program Jangka Panjang.
Diharapkan program – program ini bisa terlaksana secara baik, untuk itu harus didukung oleh semua anggota pasraman. Program kerja tersebut adalah :
1. Mengadakan pertemuan setiap minggu.
2. Mengikuti / mengadakan Tirtha Yatra pada hari – hari suci menurut Agama Hindu.
3. Mengadakan Sima Krama.
4. Mengadakan pertemuan pada waktu – waktu tertentu.
5. Medana – Punia.
6. Methirta Yatra ke India.
7. Ngajegang Agama Hindu dan Budaya Hindu.
J. KEGIATAN YANG SUDAH TERLAKSANA
Program kerja yang sudah terlaksana, yaitu :
1. Pertemuan setiap minggu.
2. Mengadakan Sima Krama.
3. Ngayah di Pura – pura pada saat piodalan.
4. Tirtha yatra ke Pura – pura pada saat Hari Suci Agama Hindu.
5. Memberikan pencerahan atau Dharma Wacana ke desa – desa untuk menyadarkan umat Hindu ( khususnya Warga Pasek ) untuk ngelingang “Kawitan”, sehingga ketenteraman dan kedamaian bisa tercapai.
K. TEMPAT PERTEMUAN / DHARMATULA
Demi kelancaran kegiatan Dharmatula dari Sang Mahaguru / Ida Pandita Empu Nabe Parama Yogi Swara dan kegiatan – kegiatan lainnya dari Pasraman Widya Shanta Dharma, seperti : Maparisuda, Malukat, Mapasopati, Meditasi, dan sebagainya, maka dibutuhkan tempat yang suci dan memadai, sehingga di dalam pelaksanaannya akan muncul pikiran jernih, tenang, aura suci, hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap lingkungan sekitarnya. Di samping itu untuk memperbanyak buku – buku / sastra – sastra Suci Agama Hindu, Pasraman Widya Shanta Dharma berencana untuk melengkapinya dengan Perpustakaan khusus Agama Hindu. Tempat Pertemuan / Dharmatula adalah di Griya Gede Manik Mas Grokgak Gede Tabanan.
L. LAIN – LAIN
Pasraman Widya Shanta Dharma merupakan pasraman yang bertujuan untuk mengajegkan Agama Hindu dan merupakan pasraman yang baru lahir. Keberadaan pasraman ini masih terdapat kekurangan di sana – sini, sehingga Kami mengharapkan kepada pihak – pihak terkait, khususnya Pemerintah Daerah Tabanan ( Kantor Departemen Agama Kabupaten Tabanan ) agar memberikan dukungan kepada Pasraman Widya Shanta Dharma agar bisa berdiri bahkan pada nantinya bisa berlari untuk tetap menjadikan Agama Hindu sebagai pedoman bagi umatnya sendiri.
Dalam perjalanannya ke depan diharapkan kepada pihak – pihak terkait agar selalu memantau perkembangan pasraman dan tidak segan – segan memberi masukan atau teguran, sehingga apa yang diperlukan dan bagaimana pelaksanaannya bisa dipenuhi sesuai dengan kaidah – kaidah atau aturan – aturan yang telah ditentukan. Sekali lagi, besar harapan Kami agar Pasraman Widya Shanta Dharma ini bisa berkembang dan semakin banyak pasraman – pasraman lain berdiri, maka Agama Hindu yang merupakan Agama Tertua bisa ajeg, khususnya di Bali, sehingga kedamaian dan kebahagiaan dapat dicapai. Sebagai akhir kata, Kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan dari Proposal tentang Pasraman Widya Shanta Dharma.


Tabanan, 10 Juni 2006
Pasraman Widya Shanta Dharma
Penanggung – Jawab / Mahaguru,




Ida Pandita Empu Nabe Parama Yogi Swara

Tidak ada komentar: