Senin, 12 Mei 2008

PURA BATUR SARI

PURA BATUR SARI

Desa Pakraman Pumahan secara administratif termasuk wilayah Desa Biaung, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Wilayah ini termasuk berada di daerah pegunungan, sehingga udaranya masih terasa sejuk bahkan di hari – hari tertentu udaranya sangat dingin. Curah hujan turun sangat tinggi, sehingga di wilayah ini sangat cocok untuk daerah pertanian. Memang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Dari kota kecamatan untuk sampai di Dusun Pumahan hanya membutuhkan waktu + 15 menit berkendaraan dan jarak tempuh + 3,5 km, dari kota kabupaten hanya dibutuhkan waktu + 45 menit dan jarak tempuh + 19 km.

Kondisi alam yang sejuk dan masih sangat alami serta lokasi yang jauh dari keramaian, sangat berpengaruh terhadap kehidupan spiritual penduduk di wilayah tersebut. Mereka masih sangat mempercayai dan sangat memelihara serta sangat mensakralkan tempat – tempat suci yang ada di wilayah tersebut. Salah satunya adalah Pura Batur Sari.

Pura Batur Sari merupakan Cagar Budaya yang tertuang dalam UU No. 5 Tahun 1992. Palinggih Utama Pura Batur Sari secara fisik masih terbuat dari batu – batu dan sangat alami. Diperkirakan Pura Batur Sari merupakan Payogan Ida Maharsi Markandya yang menganut Paham Siwa. Beliau di dalam melakukan Agni Hotra dilakukan di pura ini. Kesakralan dari Pura Batur Sari ini sangat kuat terasa karena lokasi dari pura ini sangat jauh dari keramaian dan dijaga secara niskala. Bagi Umat Hindu sangat perlu untuk sembahyang di pura ini memuja manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena Pura Batur Sari termasuk Kahyangan Jagat. Pura Batur Sari ini masih ada hubungannya dengan pura yang ada di Jatiluwih karena Ida Maharsi Markandya dari pura ini melanjutkan perjalanan menuju Jatiluwih. Pura ini diempon oleh penduduk Desa Pakraman Pumahan yang berjumlah 64 KK. Pujawali di Pura Batur Sari bertepatan dengan Purnama Sasih Kalima.

Dari penuturan Kelian Pura sekaligus Kelian Adat Desa Pakraman Pumahan ( I Nyoman Restika ) bahwa Palinggih Pura Batur Sari dari sejak pertama ditemukan + Abad VI secara fisik terbuat dari batu dan tidak boleh diperbaiki atau diperbaharui, karena tidak diperbolehkan secara niskala. Banyak Umat Hindu yang memberikan Dana – Punia bertujuan untuk memperbaiki atau memperbaharui Pura Batur Sari ini namun tidak dapat terlaksana yang disebabkan oleh hal – hal di luar nalar / akal sehat manusia. Bahkan pelataran pura pun masih tetap ditumbuhi oleh rerumputan dan tidak boleh diganti dengan semen / beton, sehingga keaslian pura pun masih sangat terasa. Hal ini juga didukung oleh arahan dari Dinas Purbakala Propinsi Bali agar tetap mempertahankan keberadaan Pura Batur Sari seperti baru pertama kali diketemukan.

Banyak penekun spiritual datang ke Pura Batur Sari untuk tujuan yang berbeda karena diperkirakan di Pura Batur Sari ini terpendam Harta Karun yang sangat utama secara niskala. Sang Sulinggih juga datang ke Pura Batur Sari untuk melakukan pemujaan mohon keselamatan jagat.

Pada Tanggal 18 Juni 2006 Ida Pandita Empu Nabe Parama Yogi Swara dari Griya Gede Manik Mas, Grokgak Gede – Tabanan dan Ida Pandita Empu Nabe Sadi Angga Yoga dari Griya Sading, Kukuh, Kerambitan – Tabanan beserta Pasraman Widya Shanta Dharma, Grokgak Gede Tabanan datang ke Pura Batur Sari dengan tujuan melakukan persembahyangan memuja kebesaran Beliau dan melakukan meditasi ( konsentrasi ) untuk menyatukan Sabda, Bayu, Idep, sehingga diperoleh petunjuk tentang keberadaan Pura Batur Sari tersebut. Dari hasil penelusuran secara niskala yang dilakukan oleh Ida Pandita Empu Nabe Parama Yogi Swara tersebut – lah didapatkan petunjuk bahwa Pura Batur Sari merupakan Kahyangan Jagat bukan pura penyungsungan kelompok / golongan, Payogan dari Ida Maharsi Markandya yang menganut Paham Siwa. Ida Maharsi Markandya juga menanam Panca Datu di Pura Batur Sari ini, sehingga di sekitar wilayah pura sangat sakral dan utama. Bagi penduduk di sekitar Pura Batur Sari agar senantiasa menjaga kesucian dan kesakralan pura tersebut, sehingga kedamaian dan ketenteraman akan dapat dicapai, hasil – hasil pertanian akan baik karena keutamaan aura dari Pura Batur Sari. Tatkala ada upacara / upakara besar di Desa Pakraman Pumahan patut memohon Tirta Pamuput di Pura Batur Sari.

Demikian sekilas tentang keberadaan Pura Batur Sari yang merupakan tempat suci Umat Hindu dan aset bangsa karena merupakan Cagar Budaya. Hendaknya kita peduli dan tetap menjaga salah satu tempat suci yang sangat sakral dan utama, sehingga alam Bali khususnya tetap dilindungi oleh Beliau dan Bangsa Indonesia pada umumnya. Di Jaman Kaliyuga ini keberadaan tempat suci sangat dibutuhkan oleh umat untuk senantiasa dapat menemukan keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki. Kepedulian kita semua sangat diharapkan demi kelangsungan dari Pura Batur Sari.

Tidak ada komentar: